MATERI 1
BACALAH CERITA BERIKUT!
(MODUL LKS HAL. 55)
ASAL
MULA TELAGA BIRU
Di belahan bumi Halmahera Utara tepatnya di wilayah
Galela dusun Lisawa, di tengah ketenangan hidup dan jumlah penduduk yang masih
jarang (hanya terdiri dari beberapa rumah atau dadaru), penduduk Lisawa
tersentak gempar dengan ditemukannya air yang tiba-tiba keluar dari antara
bebatuan hasil pembekuan lahar panas. Air yang tergenang itu kemudian membentuk
sebuah telaga.
Airnya bening kebiruan dan berada di bawah rimbunnya
pohon beringin. Kejadian ini membuat bingung penduduk. Mereka bertanya-tanya
dari manakah asal air itu? Apakah ini berkat ataukah pertanda bahwa sesuatu
yang buruk akan terjadi. Apa gerangan yang membuat fenomena ini terjadi?
Berita tentang terbentuknya telaga pun tersiar
dengan cepat. Apalagi di daerah itu tergolong sulit air. Berbagai cara
dilakukan untuk mengungkap rasa penasaran penduduk. Upacara adat digelar untuk
menguak misteri timbulnya telaga kecil itu. Penelusuran lewat ritual adat
berupa pemanggilan terhadap roh-roh leluhur sampai kepada penyembahan Jou Giki
Moi atau Jou maduhutu (Allah yang Esa atau Allah Sang Pencipta) pun dilakukan.
Acara ritual adat menghasilkan jawaban “Timbul dari
Sininga irogi de itepi Sidago kongo dalulu de i uhi imadadi ake majobubu”
(Timbul dari akibat patah hati yang remuk-redam, meneteskan air mata, mengalir
dan mengalir menjadi sumber mata air).
Dolodolo (kentongan) pun dibunyikan sebagai isyarat
agar semua penduduk dusun Lisawa berkumpul. Mereka bergegas untuk datang dan
mendengarkan hasil temuan yang akan disampaikan oleh sang Tetua adat. Suasana
pun berubah menjadi hening. Hanya bunyi desiran angin dan desahan nafas penduduk
yang terdengar.
Tetua adat dengan penuh wibawa bertanya “Di antara
kalian siapa yang tidak hadir namun juga tidak berada di rumah”. Para penduduk
mulai saling memandang. Masing-masing sibuk menghitung jumlah anggota
keluarganya. Dari jumlah yang tidak banyak itu mudah diketahui bahwa ada dua
keluarga yang kehilangan anggotanya. Karena enggan menyebutkan nama kedua anak
itu, mereka hanya menyapa dengan panggilan umum orang Galela yakni Majojaru
(nona) dan Magohiduuru (nyong). Sepintas kemudian, mereka bercerita perihal
kedua anak itu.
Majojaru sudah dua hari pergi dari rumah dan belum
juga pulang. Sanak saudara dan sahabat sudah dihubungi namun belum juga ada
kabar beritanya. Dapat dikatakan bahwa kepergian Majojaru masih misteri. Kabar
dari orang tua Magohiduuru mengatakan bahwa anak mereka sudah enam bulan pergi
merantau ke negeri orang namun belum juga ada berita kapan akan kembali.
Majojaru dan Magohiduuru adalah sepasang kekasih. Di
saat Magohiduuru pamit untuk pergi merantau, keduanya sudah berjanji untuk
tetap sehidup-semati. Sejatinya, walau musim berganti, bulan dan tahun berlalu
tapi hubungan dan cinta kasih mereka akan sekali untuk selamanya. Jika tidak
lebih baik mati dari pada hidup menanggung dusta.
Enam bulan
sejak kepergian Magohiduuru, Majojaru tetap setia menanti. Namun, badai rupanya
menghempaskan bahtera cinta yang tengah berlabuh di pantai yang tak bertepi
itu.
Kabar tentang Magohiduuru akhirnya terdengar di
dusun Lisawa. Bagaikan tersambar petir disiang bolong Majojaru terhempas dan jatuh
terjerembab. Dirinya seolah tak percaya ketika mendengar bahwa Magohiduuru telah melupakan janjinya. Janji untuk sehidup-semati seolah menjadi bumerang
kematian.
Dalam keadaan yang sangat tidak bergairah Majojaru
mencoba mencari tempat berteduh sembari menenangkan hatinya. Ia pun duduk
berteduh di bawah pohon Beringin sambil meratapi kisah cintanya.
Air mata yang tak terbendung bagaikan tanggul dan
bendungan yang terlepas, airnya terus mengalir hingga menguak, tergenang dan
menenggelamkan bebatuan tajam yang ada di bawah pohon beringin itu. Majojaru
akhirnya tenggelam oleh air matanya sendiri.
Telaga kecil
pun terbentuk. Airnya sebening air mata dan warnanya sebiru pupil mata nona
endo Lisawa. Penduduk dusun Lisawa pun berkabung. Mereka berjanji akan menjaga
dan memelihara telaga yang mereka namakan Telaga Biru.
- Pola-pola gerak yang lebih bebas tetapi masih memperhatikan keindahan.
- Gerak yang digunakan masih memberi penekanan pada gerak yang tumbuh dari gerak tari tradisional.
- Masih tetap berada dalam kerangka tradisi tari suatu suku bangsa.
- Pola-pola geraknya lebih bebas dari tari modern.
- Gerak yang digunakan tidak lagi mendasarkan pada gerak tari tradisional.
- Tata tari diciptakan sesuai suasana saat itu.
Prinsip penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan karya tari kreasi terdiri atas beberapa hal sebagai berikut :
- Unity (keutuhan). Yaitu perpaduan desain dan pola yang disusun menjadi sebuah bentuk yang memiliki warna, kekhasan, gaya yang khas dari pribadi penciptanya.
- Harmony (keselarasan). Efek selaras yang ditimbulkan dari karya seni ketika diapresiaai secara alami merupakan wujud harmonisasi dari sebuah karya seni tari.
- Balance (keseimbangan). Keseimbangan pada tari mengandung arti stabilitasi perpaduan antar elemen yang memungkinkan dua garis simetris dann asimetris menjadi seimbang.
- Kreativitas penciptaan karya seni tari. Pada dasarnya, setiap gerak kasar dari peniruan alam ataupun peniruan gerak keseharian manusia dapat menjadi sumber kreativitas penciptaan tari. Kemampuan yang harus dimiliki seorang penari terdiri atas beberapa haal sebagai berikut :
- Wiraga. Kemampuan tubuh melakukan gerakan yang luwes dan serasi dengan karakter tarian mutlak dipunyai oleh penari.
- Wirahma. Bentuk gerak yang diwadahi proposionalnya tubuh akan menjadi sebuah keharmonisan bila kemampuan menari dibarengi dengan rasa irama yang baik.
- Wirasa. Kemampuan mengekspresikan tarian dengan pendalaman jiiwa merupakan bagian yang paling sulit untuk digambarkan karena kemampuan ini lahir secara alami dari jiwa dan hanya dapat dirasakan.
Jenis Penyajian Tari Kreasi
Pertunjukan tari kreasi secara penyajian dapat dibedakan menjadi tari tunggal, tari berpasangan, tari berkelompok, dramatari dan tari bertema.
- Tari tunggal adalah tarian yang memang dibawakan hanya oleh satu orang saja. Contoh tari kreasi tunggal misalnya tari Topeng Ronggeng dari Betawi.
- Tari berpasangan adalah tarian yang dilakukan oleh dua orang baik laki-laki dengan laki-laki, perempuan dengan perempuan, atau laki-laki dengan perempuan. Prinsip pada tari berpasangan antara lain; 1) adanya gerakan saling mengisi; 2) adanya gerakan saling interaksi; dan 3) merupakan kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan dalam penyajian. Contoh tari kreasi berpasangan yang dilakukan antara dua orang seperti tari Payung dari Sumatera Barat yang diciptakan oleh Huriah Adam.
- Tarian berkelompok adalah tarian yang dilakukan secara berkelompok baik dilakukan oleh laki-laki, perempuan atau campuran antara laki-laki dengan perempuan. Tarian berkelompok ini sering dijumpai pada panggung-panggung pertunjukan. Contoh tari berkelompok misalnya tari Cente Manis dari Betawi, Burung Enggang dari Kalimantan, Tifa dari Papau, Yosim Pancer dari Papau, dan tari Belibis dari Bali.
- Dramatari merupakan bentuk penyajian tari yang memiliki desain dramatik. Contoh drama tari paling terkenal adalah cerita Matah Ati yang bersumber pada gerak tari gaya Mangkunegaran. Dramatari ini merupakan bentuk kreasi yang bersumber pada tari tradisi Jawa Tengah. Pada peragaan dramatari selain menguasai secara aspek gerak juga aspek ekspresi. Ini disebabkan untuk mendukung cerita dibutuhkan mampu menterjemahkan naskah menjadi gerak tari.
- Tari bertema dapat dijumpai pada hampir semua jenis penyajian tari baik tari tunggal, tari berpasangan, tari berkelompok maupun tari bercerita. Ini disebabkan tema pada tari merupakan ide yang kemudian diwujudkan dalam bentuk judul tari dan pada akhirnya diekspresikan melalui gerak.
Iringan Eksternal
Iringan eksternal
merupakan iringan yang berasal dari nyanyian, kata-kata, pantun, permainan alat
musik sederhana hingga orkestra yang besar. Contoh dari iringan eksternal ini
adalah Tari Gambyong yang menggunakan iringan musik dari seperangkat gamelan
dan tembang Jawa.
Tari Zapin Arab,
iringannya menggunakan beberapa instrumen musik tradisional (Biola, Marwas dan
Gambus) dan genre lagu Samrah.
Iringan Internal
Iringan tari yang menggunakan suara tepuk tangan dan juga tepukan ke bagian tubuh, hentakan kaki, dan bunyian lainnya. Contohnya pada Tari Kecak Bali, pementasannya diiringi dengan paduan suara berjumlah 70 - 100 orang pria.
Tari Saman menggunakan
suara dari para penari dan tepuk tangan mereka. Biasanya dikombinasikan
dengan memukul dada dan pangkal paha sebagai sinkronisasi dan menghempaskan
badan ke berbagai arah.
Tari Seudati Tari
Seudati diiringi dengan beberapa bunyi yang berasal dari tepukan tangan ke dada
dan pinggul, hentakan kaki, dan petikan jari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar